Jejak Siang tertinggal di Pulau Nailaka- Banda Neira

“Mbak, bulan depan ikut lagi yuk ke Banda Neira!”

Ajakan yang ingin kujawab dengan “yuk, bareng lagi kita!” ‘Hemmm, andai saja bisa……”

Masih jelas di ingatan, sebelum berpisah di Pelabuhan Tulehu Ambon -karena aku harus kembali ke Jakarta lebih dahulu dari mereka yang masih stay di Kota Ambon selama dua hari ke depan- kami sepakat akan kembali lagi ke Kepulauan Banda Neira dalam waktu dekat.

Ah kawan, sepertinya kalian akan kesana tanpa aku, karena sampai akhir tahun ‘ tugas negara susul menyusul padat merayap ‘. Selain karena sisa cuti aku tinggal 2 hari, padahal untuk menikmati liburan kesana yang moderate sekitar 9 hari.

“Mbakk…liat nih destinasinya ! Kali aja mbak, berubah pikiran…”

9 Hari Plesiran AmbonBanda Neira:

1. Keliling Ambon Selatan

Antara lain ke ‘Pintu Kota’

2. Keliling Ambon Tengah

3. Ambon – Banda Neira

City tour Pulau Banda Besar

4. Banda Neira : P. Lonthor Utara dan Tenggara

5. Banda Neira : P. Run, P. Nailaka, P. Ai

6. Banda Neira : P. Neira, P. Gunung Api

7. Banda Neira : P. Hatta, P. Syahrir

Dengan spot snorkling yang akan membuat kita ‘lupa daratan’.

8. Banda Neira – Ambon

City Tour P. Banda Besar 2

9. Citi Tour Ambon

Duuh, ajakan yang membuat aku ingin keluar dari zona waktu sekarang. Kembali ke zona waktu beberapa bulan lalu saat bersama mereka. Teman-teman seperjalanan yang baru aku kenal saat itu. Andai saja mereka tahu, aku juga mengalami beberapa hal yang belum sempat aku ceritakan kepada mereka.

Seperti, menikmati detik demi detik senja menutup hari di tepi pantai tanpa mereka. Sampai beberapa remaja mendekatiku.

“Kakak, sebentar lagi gelap, tak ada lagi orang. Kakak besok saja datang lagi, jangan hampir malam, sore-sore saja !”

Bahkan sehari sebelumnya, merasakan hangatnya matahari yang pamit untuk istirahat sejenak, dari atas Benteng Belgica.

Selama ini, aku cenderung menjadi pendengar yang manis. Dari tersenyum, lalu terpingkal-pingkal sampai kadang terantuk kantuk mendengar cerita kalian yang seperti bersahutan tak habis-habis. I miss travelling with you all !

“Mbak, inget lho prinsip, jangan sampai tugas negara mengganggu jadual liburan kita….!”

Ternyata selain sebagai teman yang menyenangkan selama ngetrip ke Kepulauan Banda. Mereka juga mulai menjengkelkan ( dibaca: ngangenin ). Apalagi mereka lalu posting ulang, foto-foto keceriaan kami.

Dan seperti merayakan kemenangan ketika seorang teman ‘berhasil ‘ memotret aku yang tidak suka di foto.

Padahal secara destinasi, ada yang tidak bisa kami kunjungi karena ombak besar, akibat pengaruh angin barat.

Aku memang sangat menikmatinya perjalanan bersama mereka, orang orang yang open mind, positive thinking, smart dan peduli dengan sejarah. Ketika ada destinasi yang gagal dikunjungi, tidak ada satupun yang mengeluh. Bahkan seolah kompak kami berseru.

” Yesssss, ini pertanda bahwa kita akan bareng-bareng lagi kembali sini !”

Daripada aku menjawab yang bikin mereka membalasnya dengan penuh argumentasi, aku segera mengucapkan amin untuk celoteh tersebut. Lalu kubiarkan mereka sibuk menyusun rencana. Ada ada saja mereka, padahal pihak travel sudah menyusun jadual perjalanan dengan detail, bahkan sampai hitungan menit. Lebih dari yang tertulis di atas tadi.

Dari pengalaman sebelumnya, merekapun sepakat untuk mengatur waktu destinasi mana yang cukup sebentar saja, mana yang lebih lama. Seperti snorkling di jalur lava di kaki gunung api banda.

” Mbak, ndak kangen apa motretin kita kita? Kami siap menjadi model demi memperindah foto-foto mu, mbak”

Dengan penuh canda, mereka bergaya dengan berbagai pose menggodaku. Beberapa gaya andalan yang sebenarnya membosankan, karena waktu itu selama beberapa hari aku harus memotret mereka dengan gaya seperti itu terus. Hanya beda warna kaos. Untunglah ada seorang peserta yang memahami ‘penderitaan’ ini, sehingga membantu mengarahkan gaya mereka. Yang jauh dari indah tapi lumayan ada variasi.

“Udah deh mbak jangan banyak alasan! Bulan depan di sana masih musim kemarau. Katanya loe suka banget menikmati matahari siang di Kepulauan Maluku. di jamin, gak ada yang halangi loe mbak sampai kosong sekalipun… hahaha…”

Oh my God !! Aku jadi teringat, saat panas terik di Pulau Nailaka. Di saat mereka berteduh sampai menyantap makan siang. Aku malah berkeliling Pulau tanpa alas kaki, padahal pecahan karang dan pasir terasa membakar telapak kaki. Jejak kakiku, siang itu seolah memberi tanda, bahwa sang pemilik kaki akan datang lagi berkunjung.

“Mbakkk…please dech jangan senyum senyum ga jelas, gitu dech. Jadi ikut gak nih…”

Seru mereka hampir bersamaan, sungguh mengagetkan saya yang merasakan Banda Neira persis di depan mata.

Nah, teman-teman, ada yang bisa membantu menjawab pertanyaan mereka sebelum saya menghadap pak bos, besok?!

23 Comments

Leave a reply to nezzyfransiska Cancel reply